Dikatakan ini ka'bah Syiah di Karbala |
Walau bagaimanapun, ini tidak
bermakna ajaran Syiah benar-benar terlepas daripada sebarang keraguan berkenaan
ibadah haji. Jika dirujuk kepada kitab-kitab Syiah dan pandangan para ulama
mereka, terdapat beberapa perkara yang boleh menimbulkan keraguan dalam pegangan
Syiah berkaitan ibadah haji. Antaranya adalah berkenaan status menziarahi makam
Sayyidina Husayn r.a yang seolah-olah lebih besar pahalanya berbanding
menunaikan ibadah haji dan kedudukan tanah Karbala yang seolah-olah lebih suci
daripada tanah Makkah. Antara riwayat-riwayat yang dapat dinyatakan di sini
adalah seperti berikut:
Diriwayatkan daripada al-Sadiq, Ja'far bin Muhammad bahawa beliau berkata,
"Ziarah Husain bin Ali adalah wajib atas setiap yang mengakui keimaman
Husain daripada Allah 'Azza wa Jalla". Lalu beliau berkata lagi,
"Menziarahi Husain menyamai seratus haji yang mabrur dan seratus umrah
yang diterima"[2].
Selain itu, tanah Karbala yang menjadi tempat persemadian jasad Sayyidina
Husain juga dianggap sebagai tanah yang suci sehingga ia dijadikan tempat sujud
oleh penganut Syiah. Keutamaan yang seperti ini tidak pula wujud pada
tanah-tanah yang lain termasuk tanah Makkah yang merupakan tanah haram serta
tanah Madinah yang menjadi tempat pemakaman Rasulullah S.AW. Antaranya ialah
riwayat-riwayat seperti berikut:
Syiah sujud di atas batu Karbala |
Dalam riwayat Syiah yang lain
disebutkan, “Allah telah menciptakan padang Karbala sebelum menciptakan bumi
Ka’bah (kota suci Makkah) selama dua puluh empat ribu tahun. Ia (Karbala) telah
suci dan berkat sebelum penciptan para makhluk. Ia senantiasa demikian sampai
Allah jadikan ia sebagai tempat yang paling afdhal (mulia) di dalam surga”[4].
Riwayat-riwayat seperti ini sudah
tentu akan menimbulkan kesangsian golongan Ahl al-Sunah wa al-Jama‘ah terhadap
Syiah kerana ia seolah-olah menunjukkan bahawa Syiah mempunyai tempat yang
lebih utama untuk diziarahi selain daripada Bayt Allah di Makkah dan makam Nabi
SAW di Madinah. Pandangan melampau Syiah terhadap ziarah kubur Sayyidina Husain
dan kesucian tanah Karbala berbanding Makkah ini juga, berkemungkinan
menyebabkan timbul persepsi di kalangan sesetengah golongan Sunni bahawa
penganut Syiah tidak mewajibkan ibadah haji di Makkah.
Ahli Sunnah wal-Jamaah juga agak sukar untuk melupakan musim haji pada tahun 2009 apabila terdapat hasrat puak Syiah untuk menukarkan ibadah haji di Makkah ke tempat-tempat suci mereka termasuk Karbala. Sila baca laporan di bawah:
Sumber-sumber berita resmi Irak menyatakan bahwa ribuan warga Syi’ah dari Iran dan negara-negara Teluk melaksanakan wuquf di Karbala, sebagai pengganti wuquf di Arafah, Selasa (23/11/2009).
Najah Al-Balaghi, Kepala Administrasi Bandara Nejef, menyampaikan, "Ribuan pengikut Syi’ah datang dari negara-negara Teluk dan Iran untuk berpartisipasi dalam kunjungan Arafah di makam Imam Husain di Karbala, Selatan Baghdad." Ia menambahkan, " Dalam minggu ini jumlah mereka mencapai 6.235 dari Teluk dan sekitar 7.000 orang dari Iran."
Al-Balaghi juga menegaskan bahwa jumlah pengunjung ini akan bertambah, menunggu pesawat yang bisa membawa mereka ke Nejef. Dalam sehari rata-rata ada penerbangan berasal dari Dubai, Bahrain, Lebanon dan Suriah setelah sebelumnya hanya ada dua kali penerbangan dalam seminggu. Penerbangan ke Teheran dan Masyhad (lokasi syahidnya Husain) dari satu sampai empat kali penerbangan dalam seminggu.
Tokoh Referensi Syi’ah, Huda Ahmed, Wakil dari Mursyid Ali Khamenei, dari kota Masyhad menyerukan untuk menjadikan Masyhad itu sebagai kiblat kaum muslimin, menggantikan kota Mekah. Dia juga mengajak untuk meninggalkan rukun Islam kelima yaitu haji ke Baitullah.
Perwakilan Khamenei ini menyatakan bahwa "Makam Imam Ridha berada di Masyhad, maka ia pun menjadi tempat yang tepat bagi seluruh umat Islam. Sementara tempat-tempat lain, telah menjadi tawanan orang-orang yang sombong." Ia menambahkan, "Tanah Hijaz telah menjadi tawanan kelompok Wahabi," .
Huda menunjukkan bahwa Masyhad ini setiap tahun dikunjungi oleh 800 ribu pengunjung dari luar negeri dan dan 20 juta pengunjung dari dalam negeri Iran sepanjang tahun.. Ia mengklaim bahwa Masyhad adalah ibukota spiritual dan keagamaan, bahkan sebelum adanya makam Imam Ridha, imam Syi’ah yang kedelapan, di dalamnya. (Sumber)
Ahli Sunnah wal-Jamaah juga agak sukar untuk melupakan musim haji pada tahun 2009 apabila terdapat hasrat puak Syiah untuk menukarkan ibadah haji di Makkah ke tempat-tempat suci mereka termasuk Karbala. Sila baca laporan di bawah:
Sumber-sumber berita resmi Irak menyatakan bahwa ribuan warga Syi’ah dari Iran dan negara-negara Teluk melaksanakan wuquf di Karbala, sebagai pengganti wuquf di Arafah, Selasa (23/11/2009).
Najah Al-Balaghi, Kepala Administrasi Bandara Nejef, menyampaikan, "Ribuan pengikut Syi’ah datang dari negara-negara Teluk dan Iran untuk berpartisipasi dalam kunjungan Arafah di makam Imam Husain di Karbala, Selatan Baghdad." Ia menambahkan, " Dalam minggu ini jumlah mereka mencapai 6.235 dari Teluk dan sekitar 7.000 orang dari Iran."
Al-Balaghi juga menegaskan bahwa jumlah pengunjung ini akan bertambah, menunggu pesawat yang bisa membawa mereka ke Nejef. Dalam sehari rata-rata ada penerbangan berasal dari Dubai, Bahrain, Lebanon dan Suriah setelah sebelumnya hanya ada dua kali penerbangan dalam seminggu. Penerbangan ke Teheran dan Masyhad (lokasi syahidnya Husain) dari satu sampai empat kali penerbangan dalam seminggu.
Tokoh Referensi Syi’ah, Huda Ahmed, Wakil dari Mursyid Ali Khamenei, dari kota Masyhad menyerukan untuk menjadikan Masyhad itu sebagai kiblat kaum muslimin, menggantikan kota Mekah. Dia juga mengajak untuk meninggalkan rukun Islam kelima yaitu haji ke Baitullah.
Perwakilan Khamenei ini menyatakan bahwa "Makam Imam Ridha berada di Masyhad, maka ia pun menjadi tempat yang tepat bagi seluruh umat Islam. Sementara tempat-tempat lain, telah menjadi tawanan orang-orang yang sombong." Ia menambahkan, "Tanah Hijaz telah menjadi tawanan kelompok Wahabi," .
Huda menunjukkan bahwa Masyhad ini setiap tahun dikunjungi oleh 800 ribu pengunjung dari luar negeri dan dan 20 juta pengunjung dari dalam negeri Iran sepanjang tahun.. Ia mengklaim bahwa Masyhad adalah ibukota spiritual dan keagamaan, bahkan sebelum adanya makam Imam Ridha, imam Syi’ah yang kedelapan, di dalamnya. (Sumber)
[1] Lihat al-Musawi, Sayid
Muhammad Rida (1993), Mukhtasar al-Ahkam (terj.), Bangi: Markaz Ahlul
Bait UKM, h. 208.
[2] Al-Mufid, Muhammad bin
Muhammad (1413h), al-Irshad fi Ma'rifah Hujaj Allah 'ala al-'Ibad, Qom:
Mu'tamar al-Shaykh al-Mufid, h. 133-134; al-‘Amili, Muhammad bin Hasan al-Hurr
(1409h), Tafsil Wasa’il al-Shi‘ah ila Tahsil Masa’il al-Shari‘ah, j. 14.
Qom: Mu’assasah Al al-Bayt, h. 445; al-Irbili, ‘Ali bin ‘Isa (1423h), Kashf
al-Ghummah fi Ma‘rifah al-A’immah, j.2. Tabriz: Bani Hashimi, h. 41.
[3] Al-Majlisi, Muhammad Baqir
(1403h), Bihar al-Anwar al-Jami‘ah li Durar al-Akhbar al-Athar, j. 53.
Beirut: Dar Ihya’ al-Turath al-‘Arabi, h. 12; al-Mufid, Muhammad bin Muhammad
(1413h), Kitab al-Mazar-Manasik al-Mazar, Qom: Mu‘tamar Alfiyah
al-Shaykh al-Mufid, h. 23; al-Tusi, Muhammad bin al-Hasan (1407h), Tahzib
al-Ahkam, j.6. Tehran: Dar al-Kutub al-Islamiyyah, h. 72.
[4] Ibid., j.54, h.
202.